Merencanakan Era Depan Dengan Investasi Berpremi Terjangkau





"Uang bulanan tinggal berapa, Yank?" Masboz, suami saya, tiba-tiba bertanya.

Buru-buru aku buka dompet dan menjawab, "Sisa 300 ribu nih."

"Di dompetku sisa 200 ribu," balasnya sesudah ikut mengecek dompetnya sendiri. "Kira-kira cukup tidak ya untuk seminggu ke depan."

"Cukup, sih." Saya memberinya senyum manis, kemudian berkelakar, "Asal seminggu ini makan tempe."

Itu tadi percakapan kami kemarin, sebelum kami pulang mengunjungi orang renta kami yang sama-sama berada di 1 kota yang sama di kota seberang. Karena perjalanan luar kota, kami mempersiapkan bekal uang untuk jajan dalam perjalanan serta membelikan oleh-oleh. Itulah mengapa walau uang kami masih ada ratusan ribu, tapi sudah khawatir mau makan apa seminggu ke depan, hingga masa gajian. Apalagi kami tidak punya tabungan. Padahal juga ada tanggungan beli popok sekali pakai bagi Azril, putra semata wayang kami.

Masalah tabungan ini sudah usang kami bicarakan. Sejak Azril masih dalam kandungan hingga kini si kecil hampir usia 1 tahun, ternyata persoalan tabungan tidak jua terealisasi. Niat awalnya, per bulan masuk celengan sekian ribu rupiah. Nyatanya dikala tanggal tua, celengan dibuka dan dibentuk jajan martabak. Kadang juga alasannya ialah ada cafe baru, kami malah nongkrong bertiga di sana pakai uang celengan yang tersimpan di lemari kamar depan.

Karena celengan yang terpampang konkret dan pasrah saja dikala uangnya terambil, kami pernah pindah kawasan menabung yakni menyisakannya dalam rekening tabungan. Ternyata nasibnya sama saja. Saat tanggal tua, godaan jajan menggelitik cek saldo di ATM. Lalu menyerupai ada bisikan untuk meng-NOL-kan nominal saldo rekening. Ah, kami terbujuk dan rekening kosong lagi. Kalau bukan untuk beli martabak, beli celana lucu buat anak. Sungguh niat menabung yang sama sekali tak terestui.

Padahal kami benar-benar berniat punya tabungan yang sanggup diinvestasikan. Apalagi kami punya anak yang masa depannya masih sangat panjang. Belum nanti jika sudah sekolah, tentu biayanya bertambah. Lalu sesudah sekolah dan kuliah usai, masih ada biaya untuknya menikah. Kalau tidak menabung sedari sekarang, mau sanggup uang dari mana?


Hingga kemudian kami menemukan artikel yang mengungkapkan adanya asuransi jiwa yang memperlihatkan santunan berupa Uang Pertanggungan hingga usia 99 tahun dan juga sanggup dikaitkan dengan investasi. Wow, sungguh menarik! Hal yang bekerjasama dengan perlindungan jiwa juga merupakan hal penting. Kita tidak akan tahu apa yang terjadi kemudian, dan bila ada pertanggungan menyerupai ini tentu sangat membantu, bukan?

Asuransi jiwa yang menjadi tumpuan ini bernama PRUlink Generasi Baru.  Preminya terjangkau, besarnya hampir sama dengan anggaran jajan bulanan. Kami jadi berpikir, bila anggaran jajan bulan beralih menjadi premi dan ikut PRUlink generasi baru, tampaknya menjadi hal yang lebih menguntungkan. Apalagi ada tambahan investasi hingga 10% setiap pembayaran Premi, juga ada alokasi investasi sebesar 30%. Sepertinya sanggup nih memberi warisan dari hasil investasi dan dengan premi yang terjangkau hanya sebesar anggaran jajan bulanan.

Oiya selain Premi yang murah, masih ada banyak manfaat lain dari PRUlink Generasi Baru. Investasinya, makin usang makin jadi. Proteksinya, sehat kini kondusif hingga nanti. Yuk ikut bergabung menikmati akomodasi PRUlink generasi baru! Rasakan sendiri manfaat unit link terbaru dari Prudential Indonesia ini, santunan jiwa sekaligus alokasi investasi positif didapat semenjak nasabah pertama kali membayar Premi. Patut dicoba bagi yang sudah berkeluarga dan punya buah hati menyerupai kami.



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel