Menulis Sebab Terpaksa, Kemudian Jatuh Cinta
Temans, hidup ini sungguh indah ya. Ada banyak kisah yang terlantun indah. Bahkan hal burukpun masih menyisakan hikmah yang kemudian menuntun kita dalam jalan yang lurus.
Eh kok jadi ngomongin hal buruk, sih?
Iya, lantaran sehabis ini ada 5 fakta perihal saya, Artha, yang ternyata dari hal jelek jadi hal yang baik loh. Dari menyebalkan, jadi suka danterus dilakukan.
Ini beliau 5 fakta perihal saya:
1. Surat cinta pertama dikala ingusan
Kalau sekarang, sinetron percintaan sanggup bebas ditonton anak kecil. Mungkin itulah sebabnya bocah yang duduk di dingklik sekolah dasar sudah ada yang memanggil ‘Mama – Papa’ pada sahabat sekelasnya. Ups! Ini fakta di lapangan loh.
Tapi tahukah kalian kalau ternyata dulu saya juga puber terlalu dini. Kaprikornus waktu seragam masih putih merah tuh, saya bikin surat cinta untuk sahabat sekelas. Isinya Cuma, “I love you,” sih. Padahal masih kelas 3 belum diajari bahasa Inggris. Berarti saya tahu darimana ya? Haha. Epiknya, surat cinta itu tak berani saya ungkapkan, tersimpan di bawah bantal dan ditemukan Mama kemudian dibakar. Uwooo!
2. Paling sebal kiprah mengarang
Di dingklik sekolah, dulu, selalu ada kiprah mengarang pada mata pelajaran bahasa, entah itu bahasa Indonesia, inggris dan juga jawa. Bagi saya kala itu, sungguh hal yang membosankan. Sejam pelajaran kelas tenang dan terpaku pada alat tulis dan pikiran masing-masing. Saya yang punya dilema selalu berkeringat di telapak tangan, heboh sendiri dengan berkali-kali mengusap tangan ke rok. Karena kesibukan inilah yang seringkali menciptakan kiprah mengarang saya tak jua selesai.
3. Tulisan pertama di media
Namun lantaran kiprah mengarang itu pula, saya kemudian mengirimkan salah satu karya saya ke tabloid anak-anak. Saat itu namanya Mentari Putera Harapan, kantor redaksinya ada di Kota Surabaya. Saya kirimkan goresan pena tangan yang kolam cakar ayam itu lewat pos. kemudian beberapa bulan kemudian ada wesel yang terkirim ke alamat rumah. Senangnya! Nominalnya 25 ribu, sanggup untuk beli buku tulis 10 biji!
4. Menang lomba nulis di kampus mantan
Waktu masih merantau di Jogja, saya pernah ikutan lomba menulis kisah pendek bertema ramadhan yang diselenggarakan di kampusnya mantan, ITS. Tapi kala itu statusnya masih pacar sih, walau long distance relationship dan jarang bertemu bahkan tampaknya sudah tidak saling kirim kabar. Ajaibnya saya menang juara kedua! Kata panitia, untuk penyerahan hadiah sanggup diwakilkan kalau saya berhalangan hadir. Sayangnya walau itu kampusnya, doi juga tidak sanggup hadir. Hmmm… hadiahnya ditrasnfer, sertifikat dikirim, tapi tidak ada knang-kenangan foto saya di panggung dikala penyerahan hadiah. Ah!
5. Ingin nulis perihal mantan tapi takut dosa
Mantan itu mempunyai daerah tersendiri di hati saya. Bukan berarti masih cinta, tapi kenangan tentangnya masih membekas walau sudah tertutup rapat. Iya sih, mungkin lantaran beliau sudah sangat berjasa di hidup saya dahulu. Tanpanya, mungkin dikala ini saya belum berani naik motor sendiri dan punya SIM. Tanpanya, mungkin saya tidak kan sanggup menikmati indahnya Bali dan Jogja. Tanpa putus darinya pula, mungkin saya tak akan sanggup bertemu suami sebaik suami saya kini.
Terima kasih pada masa lalu. Ada setitik niat menuliskannya. Tapi jikalau dilakukan, maka bayangnya akan terus mengejar dan saya tidak ingin terkungkung masa lalu. Pun dosa kan, mengingat suami orang. Lebih baik mengingat suami dan anak sendiri, sanggup pahala berbuah surga.
Haha. Itu beliau sekilas perihal saya.
Apa temans juga masih ada yang ingat mantan?