Media Sosial Si Buah Simalakama



"Eh minta nama IG-mu, donk!"
celetuk seorang pemuda pada cewek yang gres dikenalnya. "Aku follow, nih. Jangan lupa foll-back yah," lanjutnya sambil sibuk dengan telepon genggam miliknya.

Ya, hari begini siapa yang tidak mempunyai sosial media. Minimal ada 1, entah facebook atau whatsapp. Bahkan bagi anak 'gaul' sanggup mempunyai lebih dari 5 media sosial: whatsapp, facebook, twitter, instagram, blog, pinrest, dan masih banyak lagi. Semakin banyak teman, semakin terkenal. Semakin banyak postingan, semakin menjadi bahasan.

Namun siapa sangka ternyata media umum merupakan buah simalakama. Kalau punya, sanggup bermanfaat tapi juga banyak mudharat-nya. Harus berakal mengelola, apalagi bila berponsel pintar. Kita yang meng-handle, bukan kita yang di-handle oleh bikinan insan itu.

Apa saja sih manfaat mempunyai media sosial?

Media sosial diciptakan untuk memudahkan insan dalam berkomunikasi. Bila dahulu untuk berkirim pesan membutuhkan waktu yang sangat lama, berbulan-bulan bila menggunakan jasa pos lewat jalur laut, sekarang hanya dalam hitungan detik pesan pun tersampaikan. Itulah mengapa banyak orang mempunyai media umum dengan dalih komunikasi. Memang benar, apalagi bagi yang mobile, kerja di luar rumah.

Namun bukan hanya bagi pekerja, ibu rumah tangga pun butuh media umum sebagai penghibur kala jenuh dengan rutinitas. Capai nyuci, posting foto di instagram kemudian dikomentari banyak teman. Hal sekecil ini saja sudah menciptakan senang, padahal hanya membaca tulisan. Apalagi bila main media sosialnya menghasilkan.

Sudah bukan belakang layar lagi bila media umum juga berfungsi sebagai jembatan penambah penghasilan. Bagi ibu rumah tangga ibarat saya misalnya, sanggup berjualan tas dan dompet secara online. Tinggal dipotret, taruh di marketplace atau posting di facebook / WA story / instagram, maka pembeli pun datang. Bisa juga dengan endorse, jasa pembuat iklan lewat media umum yang berbayar. Ini nih cara gampang pendulang rupiah yang menggiurkan.

Ada lagi cara asyik dalam memanfaatkan media sosial, yakni dengan mengikuti kuis. Siapa tahu iseng-iseng berhadiah dan menerima hadiah utama. Saya masih sering menerima durian runtuh lewat jalan ini. Pun ikut lomba blog, walau kalah tetap senang alasannya ialah banyak pembaca.

Selain sebagai hiburan dan mencari penghasilan, media umum juga sanggup menjadi ajang curahan hati. Ini yang juga marak terjadi. Lagi happy, posting story. Lagi sedih, bikin story. Berdoa pun tidak eksklusif pada Sang Pencipta, namun lewat story. Entah itu WA story, facebook atau instagram story.

Apalagi ketika akun media umum eror dan tak sanggup dibuka. Ini sempat melanda saya yang kehilangan jalan masuk instagram @artha.amalia. Followernya tidak mengecewakan banyak dan saya menerima banyak job dari salah satu media umum itu. Saat akun ini menghilang, saya kalut sekali. Sempat tak sanggup tidur semalaman mencari cara supaya sanggup diakses kembali. Namun alhasil direlakan, saya sadar tidak ada yang abadi.


Ini nih bahayanya punya media sosial, seakan mentuhankan dunia maya. Apalagi sekarang media umum semakin gampang diakses dalam genggaman tangan, hingga banyak yang menyebut ponsel dengan sebutan setan gepeng. Seharian main ponsel, jadi jarang mengaji dan telat solat. Para ibu pun banyak yang melimpahkan kiprah mengasuh buah hatinya pada youtube. Ibunya asyik baca informasi di media sosial, anaknya membisu terpana pada layar di tangannya.

Hati-hati, yah. Bijaklah dalam memanfaatkan media sosial. Bak makan simalakama, mau tak pakai maka dunia terasa hampa, pakai pun terlena pada dunia maya. Aturlah waktu sebaik mungkin. Kalau saya pribadi, gres main media umum sesudah pekerjaan rumah tangga terselesaikan dan ketika anak tidur. Dengan demikian, pekerjaan rumah beres, perhatian pada suami dan anak pun tak tergeser.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel