Sumber Karbohidrat Bukan Hanya Nasi
Walau kami tinggal beda kota, hampir tiap ahad Mama mengunjungi saya. Katanya jaga-jaga, kuatir jikalau saya tiba-tiba melahirkan tapi tidak ada yang menemani. Ah Mama … padahal Pasuruan – Sidoarjo jaraknya lumayan, namun rela nyetir sendiri ke sini. Kasih seorang ibu sungguh luar biasa.
Tiap Minggu pagi, selalu Mama yang meracik sarapan. Mungkin tujuannya biar saya sanggup melepas rindu akan rasa masakan beliau. Mama selalu menghalau saya yang ikut sibuk membantu, hanya diberi kiprah yang ringan ibarat mencuci dan memotong sayur buah. Katanya biar tak capai, kasihan yang di dalam perut. Padahal minggu-minggu ini memang sudah masanya melahirkan, banyak acara bukan problem dan malah baik biar tubuh tidak kaku.
“Kita sarapan apa, Ma?” tanya saya pada Mama.
Mama tak menjawab. Beliau sibuk dengan perabot dapur ukuran besar yang disebut dandang atau periuk. Asap mengepul di sela tutupnya. Tak lama, Mama mematikan api, mengangkat tutup periuk kemudian terciumlah aroma amis yang menciptakan perut makin keroncongan. Aroma khas, antara adonan bawang putih, garam dan ... singkong!
“Sarapan pohong, ya?” Sepiring singkong rebus lantas tersaji anggun di atas meja. “Enakkk!” seru Mama saat mencoba kuliner sederhana buatannya sendiri.
Saya terbengong-bengong melihatnya. “Memangnya sanggup kenyang, Ma?”
“Memangnya yang sanggup menciptakan perut kenyang hanya nasi? Singkong juga mengandung karbohidrat, sama ibarat nasi, jagung, ubi, dan juga sagu. Jangan pilih-pilih kuliner begitu. Syukuri apa yang ada. Yang penting kan kandungan gizi tercukupi, lagipula rasanya tidak kalah sedapnya dengan nasi.”
Ah ya ... Benar kata Mama. Bersyukur saya masih sanggup makan kuliner yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Makannya juga bukan itu-itu saja, tapi beraneka ragam dan tidak menciptakan pengecap ini bosan mengecapnya. Perut juga kenyang. Kandungan gizinya juga ada, karbohidrat komplek. Selain untuk sarapan, juga sanggup sbagai kuliner ringan lezat.
Bersyukur negara ini begitu subur sehingga bermacam-macam tanaman sanggup tumbuh, berkembang, hingga berbuah aneka rupa. Beberapa waktu kemudian saya membaca info yang menyebutkan bahwa ada negara yang tidak sekaya Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan pangan, masyarakatnya hingga menjelma suku kanibal. Adalah Republik Kongo, salah satu kawasan yang mempunyai suku pemakan sesama manusia. Negara ini kondisinya porak-poranda lantaran perang di tahun 1998. Kelaparan begitu merajalela, hingga pada 2010 diperkirakan ada 45.000 orang Kongo tewas tiap bulannya.
Masih di benua Afrika, Nigeria juga merupakan negara yang tidak mempunyai keanekaragaman kuliner sekaya Indonesia. Wilayahnya yang hampir 80% tertutup luasnya gurun sahara, menjadi alasannya yaitu utama. Maka, kurang sayang apa Allah pada kita? Negara kita dijuluki zamrud khatulistiwa. Ada sawah dan ladang sarat kuliner yang terbentang dari ujung barat hingga timur, utama hingga selatan.
Keanekaragaman pangan yaitu anekaragam kelompok pangan yang terdiri dari kuliner pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan dan air serta beranekaragam dalam setiap kelompok pangan. Masyarakat kita terbiasa makan dengan lebih dari satu jenis makanan. Walau dalam kondisi kekurangan sekalipun, masyarakat kita pasti makan dengan kuliner pokok yang disertai lauk. Misalnya makan dengan sepiring nasi dan lauk tempe goreng. Atau makan sagu dengan sayur daun singkong. Atau mungkin makan singkong rebus dengan kacang rebus. Selalu ada kombinasi, lantaran semenjak dini masyarakat kita telah terdidik dengan anekaragam kuliner untuk dikonsumsi.
Makanan yang cukup menjamin kelanjutan hidup manusia. Kata “cukup” ini sanggup ditilik baik dari segi kualitas maunpun kuantitas. Dari segi kualitas, masyarakat kita memikirkan juga bagaimana gizi kuliner yang dikandung. Sedangkan dari segi kuantitas dinilai dengan memakai Parameter Tingkat Konsumsi Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Bila kedua hal tersebut terpenuhi, pasti tidak akan ada problem dalam pemenuhan kebutuhan gizi.
Gizi terpenuhi dengan tersedianya sumber tenaga, protein, serta vitamin dan mineral. Sebagai sumber tenaga, diperlukan kuliner yang mengandung karbohidrat. Kandungan ini ada dalam nasi, jagung, ubi, singkong, kentang, gandum dan juga sagu. Tidak harus dalam sehari 3 kali, insan mengkonsumsi nasi sebagai sumber karbohidrat. Boleh juga kok dikombinasi, contohnya pagi sarapan ubi rebus, siangnya pakai nasi dan malamnya kentang goreng.
Protein merupakan zat pembangun tubuh. Memperbaiki sel-sel yang rusak, mengatur metabolisme tubuh, membantu proses tumbuh kembang anak, yaitu sebagian dari fungsi protein bagi tubuh. Protein terdiri dari protein nabati dan hewani. Keduanya sama pentingnya. Protein nabati diperoleh dari kacang-kacangan sedangkan protein hewani diperoleh dari telur, susu dan daging.
Untuk vitamin dan mineral didapat dari mengkonsumsi sayur dan buah. Kedua zat ini mempunyai kegunaan untuk menciptakan tubuh sanggup menjalankan fungsinya masing-masing dengan normal. Pun sanggup menambah kekebalan tubuh biar tidak rentan sakit. Indonesia yang beriklim tropis menciptakan sayur dan buah sanggup tumbuh dengan baik. Maka tentu tidak akan kesulitan untuk mengkonsumsi kedua macam materi pangan ini. Di halaman saya saja tumbuh dengan subur aneka sayuran ibarat bayam, kelor, sawi dan singkong yang daunnya sanggup diolah jadi masakan sedap. Pohon berbuah ibarat mangga dan jeruk juga tumbuh subur.
Dengan kuliner yang berselang-seling akan menjauhkan rasa bosan terhadap suatu kuliner tertentu dan meningkatkan daya konsumsi. Cara ini juga sanggup digunakan untuk mengenalkan kuliner pada si kecil, biar anak mau makan dan tidak rewel. Anak gampang jenuh terhadap suatu hal yang monoton. Dengan pengenalan anekaragam kuliner secara sedikit demi sedikit akan membuatnya mengenal bermacam makanan, menjauhkannya dari alergi, dan kebutuhan gizi akan perkembangannya jadi terpenuhi.
Jadi, masih memandang sebelah mata akan kekayaan negara kita?
Bersyukurlah wahai warga negara Indonesia ...
Tidak akan kamu temui hangatnya singkong rebus, serunya makan sagu, lezatnya nasi jagung, serta uniknya sate kentang di negara lainnya.