Saat Bidan Menghadiri Program Bidan:: Sosialisasi Pencegahan Penularan Hiv Dari Ibu Ke Anak (Ppia) Pada Ibu Hamil (Bagian 2)



Setelah kekecewaan pada investigasi kehamilan yang telah saya kisahkan pada postingan sebelumnya (baca link ini), saya duduk di bangku yang disediakan kantor kelurahan. Hari semakin siang. Jam memberikan angka 11. Para panitia yakni bidan-bidan Puskesmas Krian kemudian meminta para ibu hamil untuk duduk cantik mendengar sosialisasi yang akan diberikan. Saya berharap semoga sosialisasi yang diberikan tidak mengecewakan dan sanggup dipahami oleh para ibu hamil yang datang. Kegiatan ini penting, bahan yang disampaikan pun harus diberikan sebaik-baiknya. Percuma kan bila yang tiba tidak memahami apa yang disampaikan?


Bu Ernyadi, seorang bidan dari Puskesmas Krian memberikan bahan yang pertama. Ia memberi citra mengapa aktivitas Sehat Selamat dengan antenatal care (ANC) atau investigasi kehamilan terpadu ini diadakan. Harapannya agar sanggup menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), alasannya ialah ANC sanggup mendeteksi komplikasi kehamilan dan mencegahnya sehingga sanggup terjadi persalinan yang kondusif dan selamat. Asal tahu saja, Sidoarjo merupakan penyumbang tertinggai AKI. Pada bulan September 2017 saja sudah ada 24 ibu meninggal. Innalillahi … Di sini saya berdoa semoga persalinan saya nanti sanggup normal, sehat dan selamat. Saya dan bayi sanggup bersua dengan bahagia. Untunglah Kecamatan Krian daerah saya tinggal tidak ikut menyumbangkan angka bencana tersebut, dan diperlukan tidak akan pernah menyumbangkan.


Dinamakan “terpadu” lantaran berkolaborasi dengan bidang kesehatan gigi dan laboratorium. Sebelumnya saya memang diperiksa giginya oleh drg Aini, katanya ada gigi saya yang miring dan ditakutkan akan mengganggu dan menjadikan nyeri lantaran terkena saraf pada gusi. Saya juga mendengar ada ibu hamil yang mengalami karies atau gigi berlubang, dan ini sanggup berbahaya jika tidak segera ditambal. Kesehatan gigi sangat penting dalam kehamilan lantaran keduanya sangat berhubungan. Apabila ibu hamil sakit gigi, tentunya akan malas makan dan berakibat kurangnya pemenuhan gizi dalam kehamilan.

Saya juga diambil darahnya oleh Mbak Kristin, staf laboratorium di Puskesmas Krian. Rasanya tidak sakit, jarum eksklusif pas masuk di pembuluh vena lengan. Proses pengambilannya pun cepat. Karena saya sudah tahu apa golongan darah saya, Mbak Kristin bilang tinggal diperiksa berapa kadar hemoglobin (Hb), gula darah acak (GDA), cek adakah penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Hepatitis B Surface Antigen (HbsAg) dalam tubuh saya. Untuk periksa air kencing / urine, lantaran saya sudah pernah periksa dan karenanya tidak ada dilema maka tidak dilakukan lagi. Sedangkan ibu-ibu hamil lainnya diminta pola urine-nya yang dimasukkan dalam wadah kecil yang telah diberi nama masing-masing, gunanya untuk dilihat apakah punya kencing cantik dengan tes reduksi ataukah ada keracunan kehamilan yang menyertai dengan dicek albumin urine-nya.

Bu Ernyadi menyampaikan bahwa jika ada ibu hamil yang positif hasil tes HbsAg-nya maka artinya menderita penyakit hepatitis. Kalau istilah awamnya: sakit liver atau sakit kuning. Pengobatannya dengan pinjaman vaksin. Masalahnya harganya cukup mahal, sekitar 3 juta. Tapi syukurlah pemerintah telah tetapkan aktivitas pinjaman vaksin gratis menggunakan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Bagi yang tidak punya kartu tersebut, sanggup ke daerah acuan dengan diantar bidan desa setempat dengan rekomendasi Dinas Kesehatan. Dengan menggunakan cara ini juga sanggup menerima vaksin hepatitis gratis. Untuk penderita hepatitis itu sendiri, terutama pada ibu hamil, tidak perlu minum obat. Cukup jaga daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat dan konsumsi makanan bergizi.

Lalu bagaimana dengan penderita HIV yang sedang hamil? Memang angka bencana penularan penyakit ini dari ibu hamil ke bayinya cukup tinggi mengingat penularannya sanggup lewat darah ibu yang juga mengalir ke janin melalui plasenta, ketuban serta Air Susu Ibu (ASI). Nah isu inilah yang harus diketahui oleh ibu hamil. Sayang sekali di aktivitas ini tidak fokus pada isu perihal Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) pada ibu hamil, padahal banner sebesar itu sudah berjudul demikian. Lalu bagaimana tindakan PPIA-nya? Hmm… Padahal sudah semangat tiba dan mendengarkan, tapi ternyata … nihil. Kapan-kapan saya buat sendiri postingan perihal ini ya berdasar apa yang saya pahami.

Kecewa?
Sama!

Semoga aktivitas selanjutnya sanggup lebih baik. Mungkin kurang koordinasi, jadi inti aktivitas tidak tersampaikan dengan baik. Syukurlah sebelum aktivitas ditutup, ada senam hamil. Walau jauh melenceng dari tema sosialisasi yang diharapkan, namun tidak mengecewakan nambah pengetahuan para ibu hamil. Saya juga ikut gerak badan, mengingat bahan senam hamil yang dulu sering saya praktekkan semasa masih bekerja sebagai bidan pelaksana. Makara baper kangen kerja …

Sampai di sini dulu ya…


Salam manis,

tha_




Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel