Pantangan Ibu Hamil Berdasarkan Etika Jawa
“Jadi kapan nih kita belanja?” kemarin sore tiba-tiba Mas Boz, julukan bagi suami saya, melontarkan pertanyaan tersebut.
“Belanja apaan?”
“Baju-bajunya ‘dedek’ …” jawabnya bersemangat.
Saya membisu sejenak, kemudian berujar, “Bulan depan aja deh. Sekalian pribadi dicuci dan di-pack dalam tas. Makara sewaktu-waktu butuh dapat pribadi dibawa.”
Usia kandungan saya sudah lebih dari 7 bulan. Namun untuk menyiapkan segala hal bagi sang jabang bayi, saya masih khawatir. Katanya gak ilok jikalau sudah siap-siap sebelum waktunya, takut terjadi sesuatu pada kandungan ibu. Tapi banyak juga yang menyarankan sehabis 7 bulan bolehlah membeli segala keperluan si ‘dedek’ bayi. Agar tidak repot dikala lahiran nanti dan ibu dapat fokus dalam perjuangan mengejan.
Mama dan Mamih (mamanya suami) meskipun orang jawa tulen tetapi tidak terlalu terpaku pada adat. Yang penting harus ada neloni (selamatan 3 bulanan) dan mitoni (selamatan 7 bulanan). Itupun dibalut suasana Islami, ada pengajian yang menjadi program utama. Tujuannya mendoakan semoga sang ibu dan janin sehat, selamat, dan lancar hingga persalinan nanti. Saya hingga terharu loh, Mama dan Mamih sangat bersemangat menyiapkan kedua program tersebut. Heboh masak dan enak-enak, yaitu untuk sajian para tamu yang tiba mendoakan kesehatan saya dan si ‘dedek’.
Saya yang dikala ini tinggal di lingkungan keluarga suami, di daerah dimana para adik Mamih tinggal, harus dapat menyesuaikan diri. Jauh dari orang bau tanah menciptakan saya menjadikan para Tante sebagai panutan pengganti orang tua. Beliau-beliau masih menjunjung tinggi mitos jawa yang beredar. Tujuannya sih baik, semoga saya dan suami lebih dapat jaga diri sehingga kehamilan berjalan dengan baik dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Ada beberapa pantangan ibu hamil yang harus saya pegang, diantaranya:
1. Membawa benda tajam kemana-mana
--- mitosnya: semoga terhindar dari marabahaya dan gangguan makhluk halus.
Para Tante mengingatkan saya semoga selalu membawa peniti bila keluar rumah. Ini lebih kondusif daripada membawa silet, gunting atau pisau kecil. Lebih baik bila juga diberi irisan bawang putih kemudian direkatkan pada baju yang dipakai. Saya ‘iya-iya’ saja, meletakkan peniti kecil pada dompet yang selalu saya bawa. Kalau ke luar rumah bersama suami dan saya malas membawa barang, suami yang heboh cari peniti dan disimpan di dompetnya. Mas Boz jadi punya sugesti harus bawa peniti demi keamaan sang calon bayi.
2. Ibu hamil tidak boleh keluar rumah di malam hari
--- mitosnya: di malam hari banyak roh jahat yang suka mengganggu jabang bayi
“Mau ke mana malam-malam gini? Jangan suka keluyuran!” salah satu Tante kontan berteriak lantang dikala memergoki saya dan Mas Boz yang sudah duduk nyaman di atas motor, bersiap beranjak mau beli martabak di keramaian Krian.
Kami yang mupeng ingin menikmati sajian dari telur tersebut, meringis.
“Sudah bawa peniti kok, aman!” seloroh Mas Boz.
“Jangan sering keluar malam, kasihan ‘dedek’!”
Kalau secara medis, ibu hamil tidak boleh terlalu sering keluar malam hari lantaran udaranya kurang baik, banyak karbon dioksida (CO2) dan di jalanan juga banyak asap kendaraan yang tak tampak. Namun saya juga butuh refreshing, sesekali jalan-jalan keliling daerah rumah sudah cukup menciptakan saya senang. Apalagi jikalau ditambah beli camilan. Kalau hati senang, si janin niscaya juga ikut merasa senang. Hihi.
3. Dilarang duduk di tengah-tengah pintu
--- mitosnya: proses persalinan jadi sulit lantaran proses keluarnya bayi yang macet
Jadi ingat dikala sebelum menikah dulu, juga tidak boleh duduk di tengah pintu. Katanya dapat bikin sang pelamar tidak kunjung datang, sulit jodoh. Nah saat hamil, mitos tersebut juga ada. Namun kali ini dampaknya dapat menciptakan macet dalam proses persalinan lantaran gangguan di jalan lahir.
4. Dilarang menjahit
--- mitosnya: menutup jalan lahir sehingga sulit lahir, juga menjadikan banyak jahitan di proses persalinan
Seminggu kemudian saya beli mesin jahit mini portable secara online. Langsung saya praktekkan menciptakan pouch, rencananya bikin banyak sebagai souvenir kelahiran bayi. Saat pamer ke Mama dengan mengirimkan potret hasil jahitan saya via whatsapp, Mama tiba-tiba komentar, “Jangan jahit-jahit lagi. Bahaya!” Tumben.
Saya keukeh ini aman. Lalu saya lanjut menciptakan pouch yang kedua. Kemudian apa yang terjadi? Mesin jahitnya mendadak rusak! Iya, RUSAK! Padahal gres jadi sebuah karya spektakuler, mengingat saya tidak pernah berafiliasi dengan alat jahit apapun.
Karena takut kualat, saya tak lagi menjahit. Rencana menciptakan souvenir kelahiran saya tunda hingga masa nifas tiba. Toh cara membuatnya mudah. Semoga setelahnya tidak ada pantangan demikian bagi ibu yang telah melahirkan. Huhuhu.
Baca Juga :
5. Ibu hamil dan suaminya tidak boleh membunuh / menyakiti binatang
--- mitosnya: menjadikan cacat pada janin. Misalnya memancing ikan menciptakan sang bayi jadi sumbing. Memotong kaki binatang menciptakan bayinya pincang atau malah tak punya kaki, dan sebagainya. Dikhawatirkan janin yang dikandungnya akan mengalami hal menyerupai binatang yang diperlakukan ‘jahat’ oleh ayah atau ibunya.
Secara medis, keanehan pada janin disebabkan oleh kekurangan gizi selama kehamilan atau adanya kelainan genetik. Namun menyakiti atau bahkan membunuh binatang memang tidak dibenarkan, kasihan. Mas Boz pernah gregetan dengan tikus yang berkeliaran di rumah. Rencananya menciptakan jebakan tikus, jikalau sudah tertangkap kemudian dibakar. Sadis!
Saya ingatkan padanya semoga jangan melaksanakan hal tersebut. Kasihan tikusnya. Kalau dia seorang ayah yang harus cari makan untuk istri dan anak-anaknya, gimana? Toh tikusnya tidak merusak masakan kita, hanya suka ke sana-ke mari mencari jalan ke luar-masuk rumah. Jika ingin menikmati ikan goreng, saya juga membeli ikan yang sudah siap untuk digoreng. Tidak perlu menyayat dan membersihkan sisiknya, lantaran sudah tersedia di welijo tempat saya biasa belanja. Mungkin welijo-nya juga paham pantangan menyayat ikan bagi ibu hamil.
6. Meletakkan handuk di leher
--- mitosnya: janin dapat terlilit tali pusar dan menyulitkan persalinan
Secara medis terlilit tali pusar pada janin diakibatkan gerakan janin yang telalu aktif, sehingga tali pusatnya melilit badan janin. Terlalu banyak air ketuban juga kuat pada gerakan janin, ia jadi bebas muter-muter sehingga peluang terlilit tali sentra jadi lebih besar. Oleh jadinya diharapkan investigasi secara utrasonografi (USG) untuk mengetahui kondisi janin di dalam kandungan. Tempat USG murah di Sidoarjo dapat dibaca dilink ini.
Sementara itu dulu beberapa pantangan ibu hamil yang dapat saya ceritakan. Lain kali disambung lagi, ya. Silakan juga share pengalaman selama hamil, pernah tidak boleh apa saja oleh ibu kandung dan atau ibu mertua? Hihi.
Salam manis,
tha_