Konsumsi Ayam Dan Telur Biar Anak Sehat Nan Cerdas




SRENG!

Setiap memulai hari, terdengar bunyi ‘perang’ antara minyak dan materi pangan di dapur. Tidak hanya pagi sih, siang dan malam, pokoknya di jam sebelum makan, Mama selalu memasak. Alasannya semoga masakan yang disajikan rasanya enak, fresh from the frying pan katanya. Selalu ada telur mata sapi dan ayam goreng sebagai sajian wajib. Telurnya untuk Shasa, keponakan saya. Sedangkan ayam gorengnya untuk Upin Ipin, eh untuk ayahnya Shasa, yakni adik saya.



Sedari kecil, telur yakni masakan wajib bagi Shasa. Sepeninggal ibunya di usia 2 tahun, si kecil yang kemudian diasuh Mama ini selalu diberi kudapan sebutir telur ayam kampung rebus tiap sore hari. Kata Mama semoga Shasa nantinya tumbuh jadi anak sehat dan cerdas. Selain itu semoga tidak rewel lantaran perutnya jadi kenyang dan mengantuk, kemudian tidur. Mama jadi bisa lekas bersih-bersih rumah ketika si anggun ini terlelap.

Hingga sekarang Shasa amat menyukai telur. Sebagai sarapan dan bekal sekolah, sosok yang tak lagi balita ini selalu minta nasi dan telur mata sapi. Itu tuh telur goreng yang ‘diceplok’ sehingga kuning telurnya tetap lingkaran dan berada di tengah putih telur. Dengan sedikit taburan garam, rasanya sedap! Gabungan karbohidrat dari nasi dan protein serta mineral dari telur cukup membantunya melewati hari di sekolah. Ia jadi bisa berkonsentrasi dalam pelajaran yang diberikan guru, aktif bermain dan tidak pernah lesu. Apalagi Mama juga selalu membekalinya dengan sayur bening dan potongan buah semangka kesukaannya.


Kalau adik saya, lain lagi. Karena hobinya makan ayam, tidak heran protein hewani ini benar-benar berdampak baik di tubuhnya. Ototnya jadi besar, tapi perutnya tidak buncit. Untuk urusan angkat mengangkat barang berat, serahkan saja pada Din. Tubuhnya begitu sehat, ayahnya Shasa ini jarang sakit walau aktivitasnya banyak di luar rumah.

Mama, Shasa dan ayahnya tinggal di pinggiran Kota Pasuruan, berbeda rumah dengan saya yang telah berkeluarga dan tinggal bersama suami di tempat lain. Mengingat sajian yang selalu ada telur dan ayam, saya pernah berpikir apakah biaya hidup jadi membengkak? Ternyata tidak! Sebagai materi pangan, ternyata keduanya merupakan sumber protein yang murah. Apalagi ayahnya Shasa memelihara beberapa ayam kampung di halaman belakang rumah, bisa sanggup telur dan daging ayam secara gratis. Tetapi sayangnya masyarakat Indonesia lainnya rata-rata hanya menikmati sebutir telur per 3 hari.

Padahal stok sumber protein hewani ini terjangkau untuk semua kalangan. Masyarakat di desa-kota dan pesisir-pengunungan pun bisa memperoleh telur dan daging ayam secara mudah. Cara memasaknya pun praktis, bahkan untuk ibu rumah tangga yang gres berguru memasak menyerupai saya sekalipun. Mau dikukus atau dibuat tim, digoreng dengan bumbu garam atau makin nikmat dengan bumbu ‘jangkep’ istilah bumbu jawa yang berwarna kuning, dicampur tepung dan bisa juga diolah lagi dengan bermacam-macam materi makan lain sehingga menjadi roti atau cake yang lezat.

Saya pun selalu punya stok telur dan daging ayam di kulkas. Empat hari sekali saya membeli setengah kilo telur ayam seharga sepuluh ribu rupiah dan menerima 8 butir telur. Sedangkan daging ayam tiap 3 hari sekali, hanya Rp 30.000,- sekilo. Ini cukup untuk sajian saya dan suami selama seminggu. Tentu dengan menambah lauk lain serta sayur mayur dan buah semoga gizi kami seimbang.


Melihat pengeluaran yang sedemikian rupa, saya sempat menerka apa lantaran daya beli masyarakat yang minim sehingga konsumsi telur dan ayam di negara kita begitu kecil? Untuk kalangan menengah ke bawah, lebih suka membeli tahu tempe sebagai lauk dan kudapan dengan imbuhan petis, bumbu coklat kehitaman yang terbuat dari tumbukan udang. Makannya juga dengan rokok dan kopi hitam. Pun anak kos yang selalu sedia mi, bubur dan sereal instan sebagai konsumsi sehari-harinya. Padahal bila dirata-rata jumlah pengeluarannya sama.

Sehingga sanggup disimpulkan bahwa pola belanja masyarakat kita rupanya tidak mengacu pada dampak kesehatan, mungkin kurang paham dan kesadaran gizinya rendah. “Yang penting kenyang,” itu juga menjadi salah satu alasan mengapa mi instan yang harganya bisa 2 kali lipat telur ayam menjadi sajian wajib anak kos. Bahkan dianggap penyelamat di tanggal tua! Padahal dengan menyantap nasi dan telur ceplok pun, perut juga bisa kenyang. Rasanya pun mantap, dengan gizi yang tentu bikin cedas nan sehat.

Saat ini saya sedang hamil 7 bulan. Orang bau tanah mana yang tidak ingin punya buah hati yang sehat dan cerdas? Demi pertumbuhan optimal sang janin, saya mengkonsumsi sebutir telur tiap hari. Di dalamnya ada protein sekitar 6,5 gram. Nah fungsi protein itu sendiri untuk merangsang pertumbuhan sel gres dan memperbaiki jaringan badan yang rusak. Ada juga kolin, zat dalam kuning telur, sebanyak 100 miligram yang bukan hanya bagus untuk otak namun juga berperan dalam membangun membran sel serta memproduksi molekul sinyal pada otak. Fungsi daya ingat ibu hamil jadi baik, syaraf otak janin pun terbentuk sempurna. Selain itu telur juga mengandung asam folat yang dibutuhkan untuk perkembangan otak janin dan mengurangi resiko kecacatan.


Tidak heran dalam hal nutrisi bila dibandingkan dengan materi pangan lain, telur disebut super food. Apa yang dibutuhkan untuk kecerdasan otak, lengkap ada di dalamnya. Mengonsumsi sebutir telur secara rutin setiap harinya sanggup mencukupi 28% kebutuhan kolin ibu hamil. Bila diteruskan hingga masa menyusui, zat ini terserap dalam Air Susu Ibu (ASI), diminum bayi dan pasti bayi tumbuh menjadi anak yang pintar.

Kabar gembiranya lagi, mengkonsumsi telur tidak menciptakan badan jadi gemuk lantaran rendah kalori. Kandungan proteinnya yang tinggi menciptakan perut terasa kenyang, sehingga cita-cita untuk ‘nyemil’ sanggup diredam. Ibu hamil dan menyusui yang sehat bukan berarti harus gendut, kan? Yang penting dosis nutrisinya pas untuk 2 tubuh, sang ibu dan janin dalam kandungan.

Apalagi makan kudapan sembarangan, terutama yang banyak mengandung zat pengawet makanan, pewarna, dan pelengkap buatan sangat berdampak jelek pada perkembangan otak janin dalam kandungan. Padahal kecerdasan otak anak sangat penting dibuat semenjak masih janin, semoga sehabis lahir nanti telah berkemampuan mengolah motoriknya dan bisa berpikir dengan kreatif  sehingga kemudian siap dipakai seiring bertambahnya usia. Kalau hasrat ingin ‘nyemil’ begitu menggebu, ibu hamil dan menyusui baiknya menciptakan kudapan sendiri. Saya sering mengolah telur, tepung dan susu menjadi pancake yang yummy. Mudah, murah dan bergizi.

Selain telur, manfaat mengkonsumsi ayam pun tak kalah banyak. Daging ayam mengandung zat besi tinggi yang berperan penting dalam pembentukan hemoglobin dan transportasi oksigen serta nutrisi yang dibutuhkan oleh janin. Jika ibu hamil kekurangan zat besi maka nantinya berdampak jelek pada tingkat perkembangan IQ anak.  Zat besi juga merupakan penyusun utama sel-sel darah merah sehingga kadar trombosit dalam badan ibu jadi stabil. Ibu hamil dan menyusui tidak lagi mencicipi lemah, letih dan lesu lantaran anemia. Apalagi kandungan vitamin B5 atau asam pantotenat dalam daging ayam juga bermanfaat dalam menghilangkan stress lantaran memberi imbas damai pada sel-sel syaraf. Hal ini sangat dibutuhkan oleh seorang ibu, bukan?

Senyawa vitamin B kompleks di dalam daging ayam sanggup mengaktifkan kinerja enzim-enzim yang dibutuhkan dalam proses metabolisme tubuh. Metabolisme yang lancar akan menjaga kesehatan jaringan pembuluh darah, pembakaran kalori, sumber energi, massa otot pun bisa bertambah secara stabil dan ideal. Hal ini juga berafiliasi dengan dampak tingginya kandungan protein dalam daging ayam itu sendiri yang bagus untuk memperbaiki sel-sel rusak sekaligus tumbuh kembang banyak sekali jaringan dan organ. Dengan begitu, imunitas meningkat dan badan jadi tidak gampang terjangkit infeksi banyak sekali macam penyakit.

Baca Juga :


Bagian dada dan paha ayam paling sedikit mengandung lemak. Dengan proses masak direbus atau dikukus, kandungan zat niacin di dalamnya tidak hilang. Zat ini bisa menurunkan kadar kolesterol jahat penyebab jantung koroner. Kandungan fosfor dan kalsium dalam daging ayam pun bisa mencukupi kebutuhan tulang sekaligus menyediakan cadangan kalsium di tubuh. Kedua zat ini sangat bagus untuk tumbuh kembang anak. Apalagi aktifitas yang tinggi menuntut kebutuhan fosfor dan kalsium yang tinggi pula. Ibu hamil yang jarang mengkonsumsi susu pun tidak perlu cemas, lantaran dengan mengkonsumsi daging ayam secara teratur sanggup membantu mencegah osteroforosis sebagai dampak ‘berebut’ kalsium dengan sang janin.

Oleh lantaran begitu pentingnya konsumsi kedua lauk tersebut, Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) pun dicanangkan oleh Menteri Pertanian Dr. Ir. Suswono, MA di Senayan (Jakarta) tanggal 15 Oktober 2011 lalu. Sebelumnya sudah ada World Egg Day (WED) yang dicanangkan di Wina (Austria) pada sebuah konferensi International Egg Commission (IEC) tahun 1996, dimana Hari Telur Sedunia jatuh pada setiap ahad ke-2 bulan Oktober di Hari Jumat. Di Indonesia sendiri peringatan WED digagas Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia semenjak tahun 2000-an dan program HATN telah diakui sebagai cuilan dari WED oleh International Egg Commision sejak 2016. Hal ini bertujuan demi menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi telur dan daging ayam demi perbaikan gizi sehingga tumbuh generasi yang sehat nan cerdas.


Salah kaprah yang beredar luas di masyarakat harus segera diluruskan semoga tidak ragu lagi makan ayam dan telur. Salah satu informasi yang berkembang yakni ayam boiler, yakni ayam pedaging berbulu putih, yang bisa lebih cepat dipanen lantaran memakai materi khusus dalam masakan mereka, termasuk disuntikkan hormon dan banyak antibiotik semoga tidak gampang sakit. Ayam-ayam tersebut dipelihara berdesakan dalam lingkungan yang sangat kotor sehingga kemungkinan besar terkontaminasi basil E Coli penyebab diare dan Salmonella Thypii penyebab tipus. Padahal bekerjsama proses pertumbuhan ayam tersebut lantaran hasil persilangan puluhan tahun sesuai dengan kaidah ilmu genetika dan proteksi vaksin serta antibiotik yang dipasarkan oleh CevaAnimal Health Indonesia (www.ceva.co.id) sehingga ayam bisa tumbuh sebesar dan sesehat itu. Juga pemberian pakan berkualitas dengan materi baku terpilih yang banyak diproduksi oleh Trouw Nutrition Indonesia (www.trouwnutrition.co.id) sehingga dihasilkan ayam dengan mutu genetik yang bagus dan telur yang sehat. Lingkungan peternakan pun dijaga kebersihannya, lantaran bila ada seekor ayam yang sakit dan tidak diketahui bisa menciptakan yang lainnya tertular dan menimbulkan kerugian pada pihak peternak.

Isu lainnya yakni tumbuhnya bisul atau munculnya alergi bila mengkonsumsi telur dan daging ayam. Padahal makan telur atau ayam sanggup menimbulkan bisulan yakni MITOS. Penyakit bisul yang ditandai dengan timbulnya benjolan kemerahan pada kulit, kemudian membesar hingga mata nanah berwarna putih terlihat di tengah benjolan dan terasa panas serta nyeri ini bisa terjadi lantaran mengkonsumsi masakan / minuman yang tidak higienis lantaran mengandung basil yang menimbulkan bisul. Penyakit ini terjadi bukan lantaran makan telur atau ayam terlalu sering tapi lantaran basil stafilokokus atau basil / jamur lainnya yang terkandung di telur atau daging ayam lantaran proses pembersihan yang kurang bersih.


Sedangkan alergi telur terjadi jawaban intoleran albumin pada cuilan putih telurnya. Reaksinya mulai gatal-gatal hingga berair, kulit membengkak, mual dan muntah, batuk dan ada juga yang menimbulkan asma. Alergi ini terjadi pada sebagian kecil orang saja. Bagi mereka yang memang menderita alergi, lebih baik menghindarilah masakan pemicu reaksi alergi tersebut. Tetapi banyak juga para andal yang beropini bahwa seiring bertambahnya usia, maka reaksi alergen akan berkurang lantaran badan sudah sanggup ‘mengidentifikasinya’ sebagai zat yang tidak membahayakan tubuh, walaupun ada juga yang alerginya menetap seumur hidup.

Meski demikian, kelezatan daging ayam dan nikmatnya telur sudah tak diragukan lagi oleh kita semua. Diolah sederhana atau bahkan dijadikan adonan sup, hampir semua orang mulai dari belum dewasa hingga orang bau tanah menyukainya. Cara semoga sehat dan cerdas pun dengan gampang didapat dengan mengkonsumsi sumber protein yang murah dan terjangkau segala kalangan ini. Namun sudahkah Anda memecahkan misteri besar di dunia ini? Yakni, “Antara telur dan ayam, mana yang lebih dulu ada?



Tulisan ini Diikutsertakan dalam Kompetisi Blog Hari Ayam dan Telur Nasional 2017.


Referensi::
1. http://pinsarindonesia.com/category/bahan-lomba-menulis-hatn-2017/
2. https://www.ceva.co.id/ 
3. http://trouwnutrition.co.id/
4. http://disehat.com/jenis-makanan-yang-membuat-otak-pintar/amp/
http://www.khasiat.co.id/daging/ayam.html
5. https://manfaat.co.id/manfaat-telur
6. www.manfaat-kesehatan.com/efek-samping-buruk-sering-makan-daging-ayam-broiler/amp/
7. m.viva.co.id/amp/gaya-hidup/kesehatan-intim/543506-konsultasi-telur-sebabkan-bisul-mitos-atau-fakta





Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel